Dikutip dari situs resmi Telkom
TELKOM Gratiskan Percakapan FLEXI Di Jawa Barat, Banten Dan Jakarta
Jakarta, 4 Agustus 2008 – PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) mengambil kebijakan yang mengejutkan dengan menetapkan harga flat panggilan Flexi ke Flexi Rp 0,- per menit untuk percakapan di wilayah-wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Kebijakan ini diambil tanpa memberlakukan syarat apa pun kepada pelanggan, dan karena menggunakan saluran clear channel, kebijakan ini tidak mensyaratkan pelanggan untuk men-dial kode akses tertentu, meski hubungan melalui kode akses 01017 (saluran VoIP, Voice over Internet Protocol) tetap bisa digunakan dengan biaya Rp 0,- per menit.
Dengan demikian, percakapan antar pelanggan Flexi di Bandung atau dari Bandung ke Jakarta, misalnya, benar-benar gratis dari menit pertama. Demikian juga dari Jakarta ke Tasikmalaya, dari Serang ke Garut, dari Rangkasbitung ke Ciamis, dari Purwakarta ke Cirebon, dan lain-lain tidak akan dikenakan biaya apa pun.
Bahkan, menurut Vice President Public and Marketing Communication Telkom Eddy Kurnia, Telkom juga memberlakukan harga Rp 0,- per menit untuk Percakapan dari Flexi ke operator seluler (GSM maupun FWA) – kecuali panggilan ke pelanggan BYRU (0868) – setelah dua menit masa percakapan. “Ini memang sebuah kebijakan drastis yang kami ambil dalam rangka mendongkrak pangsa pasar Flexi di wilayah Jakarta, Jawa Barat dan Banten,” ujarnya.
Eddy Kurnia mengatakan, Program Bicara Rp 0,- per menit diharapkan akan mampu mengembalikan posisi Flexi sebagai pemimpin pasar layanan FWA di wilayah Jakarta, Jabar dan Banten.
Paska migrasi frekuensi dari 1.900 MHz ke 800 MHz, menurut Eddy Kurnia, Telkom sering menyelenggrakan gimmick khusus untuk pelanggan Flexi di Jakarta, Jabar dan Banten. “Sejauh ini, berbagai program promosi yang kami lakukan terbukti berdampak positif pada peningkatan jumlah pelanggan,” ujarnya. Apalagi melalui Program Bicara Rp 0,- per menit tanpa syarat dan menggratiskan biaya percakapan Flexi ke operator seluler setelah 2 menit masa percakapan, Eddy optimis Flexi akan kembali memimpin pasar di ketiga wilayah, mengikuti tren yang terjadi di wilayah-wilayah Indonesia lainnya di mana Flexi tampil sebagai pemimpin pasar.
Secara nasional Flexi saat ini tetap memimpin pasar (market leader) dengan jumlah pelanggan mencapai sekitar 7,5 juta. Tercatat setidaknya 265 kota sudah terlayani Flexi. Kota-kota tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Monday, August 04, 2008
Thursday, July 31, 2008
BT Group profit down 35%, revenue edges higher
Tulisan dari situs MarketWatch:
oleh Simon Kennedy
Last update: 2:30 a.m. EDT July 31, 2008
-- U.K. telecom company BT Group (UK:BTA: BT Group plc UK:BTA173.90, -23.90, -12.1%) said Thursday that its fiscal first-quarter net profit fell 35% to 397 million pounds ($786 million) as revenue rose 2.9% to 5.18 billion pounds. Before one-off charges and leaver costs, operating profit rose 4% to 742 million pounds. Growth was driven by 12% higher revenue from major corporate customers, with revenue from retail customers holding flat. The group said its guidance for the year remains unchanged and it still expects to deliver growth in revenue, earnings per share and dividends per share for the year.
Informasinya gak jelas apa profitnya turun 35% dari kuartal sebelumnya apa Year on Year. Tapi turun 35% ini bener-bener parah juga. Kalau revenue naik hanya dibawah 3% tapi profitnya turun lebih dari sepertiga nya yaa pasti dari beban lah yang melonjak. Tapi kalau dilihat dari operating profitnya malah naik 4% artinya beban operasional sudah cukup dihemat. Beban lain-lain kali yang bikin net profit nya nyemplung..
oleh Simon Kennedy
Last update: 2:30 a.m. EDT July 31, 2008
-- U.K. telecom company BT Group (UK:BTA: BT Group plc UK:BTA173.90, -23.90, -12.1%) said Thursday that its fiscal first-quarter net profit fell 35% to 397 million pounds ($786 million) as revenue rose 2.9% to 5.18 billion pounds. Before one-off charges and leaver costs, operating profit rose 4% to 742 million pounds. Growth was driven by 12% higher revenue from major corporate customers, with revenue from retail customers holding flat. The group said its guidance for the year remains unchanged and it still expects to deliver growth in revenue, earnings per share and dividends per share for the year.
Informasinya gak jelas apa profitnya turun 35% dari kuartal sebelumnya apa Year on Year. Tapi turun 35% ini bener-bener parah juga. Kalau revenue naik hanya dibawah 3% tapi profitnya turun lebih dari sepertiga nya yaa pasti dari beban lah yang melonjak. Tapi kalau dilihat dari operating profitnya malah naik 4% artinya beban operasional sudah cukup dihemat. Beban lain-lain kali yang bikin net profit nya nyemplung..
Wednesday, June 04, 2008
Pasar telekomunikasi belum jenuh
(dari Bisnis Indonesia)
JAKARTA: Kompetisi di sektor telekomunikasi diprediksi sangat ketat sebelum akhirnya memasuki babak kemapanan.
Wahyu Wijayadi, Direktur Layanan Korporat PT Indosat Tbk, menuturkan industri seluler pada saatnya memasuki babak kemapanan dan tekanan kompetisi di industri seluler akan semakin berat.
"Tekanan berat ini terutama bagi pendatang baru dan pemain di luar tiga besar operator [the big three]," ujarnya di sela-sela diskusi Telekomunikasi Untuk Indonesia Sejahtera di Jakarta, baru-baru ini.
Pertumbuhan pasar seluler di Indonesia saat ini ditandai dengan pertumbuhan pengguna yang tumbuh dua kali lipat dalam kurun waktu 20 bulan dan dengan rata-rata pertumbuhan tahunan lebih dari 55%. Sampai dengan triwulan I/2008, penetrasi nirkabel telah mencapai 48%.
Berdasarkan data JP Morgan, penetrasi tersebut masih jauh dibandingkan dengan Filipina yang telah mencapai 60%, Thailand 83%, dan Malaysia 84% pada akhir tahun 2007.
Pasar telekomunikasi Indonesia saat ini mencapai 120,6 juta di mana layanan GSM mendominasi dengan pangsa pasar 79,8%, diikuti layanan CDMA 13%, dan telepon tetap 7,2%.
Dalam perkembangan ke depan, dia memprediksi Internet dan broadband nirkabel akan semakin berkembang meskipun tidak secepat seluler. "Aplikasi yang akan langgeng adalah aplikasi lokal," tuturnya.
Peluang konsolidasi
Wahyu tidak menampik prediksi yang berkembang tentang kemungkinan sejumlah operator seluler melakukan konsolidasi. "Konsolidasi di antara operator mungkin terjadi tetapi dilakukan dengan setengah hati."
Konsolidasi dinilai menjadi episode yang menarik dalam perkembangan industri seluler di Indonesia ke depan karena penggabungan perusahaan telekomunikasi akan saling melengkapi.
"Namun ini akan setengah hati karena pertanyaan berikutnya adalah [operator mana] mau dijual ke siapa dan bentuknya seperti apa, [dengan model bisnis yang sama] tentu ini akan memunculkan kreativitas," ujarnya.
Dia menyimpulkan industri telekomunikasi di Indonesia masih memiliki potensi pasar yang besar, sangat kompetitif dan sangat vital mendukung sektor dan industri lain.
Pertumbuhan sektor telekomunikasi yang pesat dan membutuhkan belanja modal yang besar masih membutuhkan perlindungan hukum dan dukungan regulasi yang juga kondusif.
Mira Tayyiba, Kasubdit Postel dan Informatika Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, menuturkan sasaran pembangunan pos dan telematika 2004-2009 secara khusus adalah tercapainya teledensitas sambungan tetap sebesar 13% dan teledensitas telepon bergerak 20%.
Dia juga menggarisbawahi sasaran lainnya adalah penyelesaian pembangunan peran swasta dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi nasional.
Dari struktur kapasitas pembiayaan pada tahun 2007, misalnya, pembiayaan pembangunan sektor pos dan telematika dari anggaran pendapatan belanja dan negara melalui Depkominfo mencapai Rp2,45 triliun.
Telkom memberi kontribusi Rp27,3 triliun, Indosat Rp9,12 triliun dan XL mencapai Rp6,38 triliun. Tahun ini saja, APBN mengalokasikan Rp2,1 triliun, sementara kontribusi Telkom diperkirakan mencapai Rp20,5 triliun dan ini belum ditambah oleh operator lainnya.
(roni.yunianto@bisnis.co.id)
Oleh Roni YuniantoBisnis Indonesia
JAKARTA: Kompetisi di sektor telekomunikasi diprediksi sangat ketat sebelum akhirnya memasuki babak kemapanan.
Wahyu Wijayadi, Direktur Layanan Korporat PT Indosat Tbk, menuturkan industri seluler pada saatnya memasuki babak kemapanan dan tekanan kompetisi di industri seluler akan semakin berat.
"Tekanan berat ini terutama bagi pendatang baru dan pemain di luar tiga besar operator [the big three]," ujarnya di sela-sela diskusi Telekomunikasi Untuk Indonesia Sejahtera di Jakarta, baru-baru ini.
Pertumbuhan pasar seluler di Indonesia saat ini ditandai dengan pertumbuhan pengguna yang tumbuh dua kali lipat dalam kurun waktu 20 bulan dan dengan rata-rata pertumbuhan tahunan lebih dari 55%. Sampai dengan triwulan I/2008, penetrasi nirkabel telah mencapai 48%.
Berdasarkan data JP Morgan, penetrasi tersebut masih jauh dibandingkan dengan Filipina yang telah mencapai 60%, Thailand 83%, dan Malaysia 84% pada akhir tahun 2007.
Pasar telekomunikasi Indonesia saat ini mencapai 120,6 juta di mana layanan GSM mendominasi dengan pangsa pasar 79,8%, diikuti layanan CDMA 13%, dan telepon tetap 7,2%.
Dalam perkembangan ke depan, dia memprediksi Internet dan broadband nirkabel akan semakin berkembang meskipun tidak secepat seluler. "Aplikasi yang akan langgeng adalah aplikasi lokal," tuturnya.
Peluang konsolidasi
Wahyu tidak menampik prediksi yang berkembang tentang kemungkinan sejumlah operator seluler melakukan konsolidasi. "Konsolidasi di antara operator mungkin terjadi tetapi dilakukan dengan setengah hati."
Konsolidasi dinilai menjadi episode yang menarik dalam perkembangan industri seluler di Indonesia ke depan karena penggabungan perusahaan telekomunikasi akan saling melengkapi.
"Namun ini akan setengah hati karena pertanyaan berikutnya adalah [operator mana] mau dijual ke siapa dan bentuknya seperti apa, [dengan model bisnis yang sama] tentu ini akan memunculkan kreativitas," ujarnya.
Dia menyimpulkan industri telekomunikasi di Indonesia masih memiliki potensi pasar yang besar, sangat kompetitif dan sangat vital mendukung sektor dan industri lain.
Pertumbuhan sektor telekomunikasi yang pesat dan membutuhkan belanja modal yang besar masih membutuhkan perlindungan hukum dan dukungan regulasi yang juga kondusif.
Mira Tayyiba, Kasubdit Postel dan Informatika Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, menuturkan sasaran pembangunan pos dan telematika 2004-2009 secara khusus adalah tercapainya teledensitas sambungan tetap sebesar 13% dan teledensitas telepon bergerak 20%.
Dia juga menggarisbawahi sasaran lainnya adalah penyelesaian pembangunan peran swasta dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi nasional.
Dari struktur kapasitas pembiayaan pada tahun 2007, misalnya, pembiayaan pembangunan sektor pos dan telematika dari anggaran pendapatan belanja dan negara melalui Depkominfo mencapai Rp2,45 triliun.
Telkom memberi kontribusi Rp27,3 triliun, Indosat Rp9,12 triliun dan XL mencapai Rp6,38 triliun. Tahun ini saja, APBN mengalokasikan Rp2,1 triliun, sementara kontribusi Telkom diperkirakan mencapai Rp20,5 triliun dan ini belum ditambah oleh operator lainnya.
(roni.yunianto@bisnis.co.id)
Oleh Roni YuniantoBisnis Indonesia
Subscribe to:
Posts (Atom)