(dari Bisnis Indonesia)
JAKARTA: Kompetisi di sektor telekomunikasi diprediksi sangat ketat sebelum akhirnya memasuki babak kemapanan.
Wahyu Wijayadi, Direktur Layanan Korporat PT Indosat Tbk, menuturkan industri seluler pada saatnya memasuki babak kemapanan dan tekanan kompetisi di industri seluler akan semakin berat.
"Tekanan berat ini terutama bagi pendatang baru dan pemain di luar tiga besar operator [the big three]," ujarnya di sela-sela diskusi Telekomunikasi Untuk Indonesia Sejahtera di Jakarta, baru-baru ini.
Pertumbuhan pasar seluler di Indonesia saat ini ditandai dengan pertumbuhan pengguna yang tumbuh dua kali lipat dalam kurun waktu 20 bulan dan dengan rata-rata pertumbuhan tahunan lebih dari 55%. Sampai dengan triwulan I/2008, penetrasi nirkabel telah mencapai 48%.
Berdasarkan data JP Morgan, penetrasi tersebut masih jauh dibandingkan dengan Filipina yang telah mencapai 60%, Thailand 83%, dan Malaysia 84% pada akhir tahun 2007.
Pasar telekomunikasi Indonesia saat ini mencapai 120,6 juta di mana layanan GSM mendominasi dengan pangsa pasar 79,8%, diikuti layanan CDMA 13%, dan telepon tetap 7,2%.
Dalam perkembangan ke depan, dia memprediksi Internet dan broadband nirkabel akan semakin berkembang meskipun tidak secepat seluler. "Aplikasi yang akan langgeng adalah aplikasi lokal," tuturnya.
Peluang konsolidasi
Wahyu tidak menampik prediksi yang berkembang tentang kemungkinan sejumlah operator seluler melakukan konsolidasi. "Konsolidasi di antara operator mungkin terjadi tetapi dilakukan dengan setengah hati."
Konsolidasi dinilai menjadi episode yang menarik dalam perkembangan industri seluler di Indonesia ke depan karena penggabungan perusahaan telekomunikasi akan saling melengkapi.
"Namun ini akan setengah hati karena pertanyaan berikutnya adalah [operator mana] mau dijual ke siapa dan bentuknya seperti apa, [dengan model bisnis yang sama] tentu ini akan memunculkan kreativitas," ujarnya.
Dia menyimpulkan industri telekomunikasi di Indonesia masih memiliki potensi pasar yang besar, sangat kompetitif dan sangat vital mendukung sektor dan industri lain.
Pertumbuhan sektor telekomunikasi yang pesat dan membutuhkan belanja modal yang besar masih membutuhkan perlindungan hukum dan dukungan regulasi yang juga kondusif.
Mira Tayyiba, Kasubdit Postel dan Informatika Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, menuturkan sasaran pembangunan pos dan telematika 2004-2009 secara khusus adalah tercapainya teledensitas sambungan tetap sebesar 13% dan teledensitas telepon bergerak 20%.
Dia juga menggarisbawahi sasaran lainnya adalah penyelesaian pembangunan peran swasta dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi nasional.
Dari struktur kapasitas pembiayaan pada tahun 2007, misalnya, pembiayaan pembangunan sektor pos dan telematika dari anggaran pendapatan belanja dan negara melalui Depkominfo mencapai Rp2,45 triliun.
Telkom memberi kontribusi Rp27,3 triliun, Indosat Rp9,12 triliun dan XL mencapai Rp6,38 triliun. Tahun ini saja, APBN mengalokasikan Rp2,1 triliun, sementara kontribusi Telkom diperkirakan mencapai Rp20,5 triliun dan ini belum ditambah oleh operator lainnya.
(roni.yunianto@bisnis.co.id)
Oleh Roni YuniantoBisnis Indonesia
Wednesday, June 04, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment