Kebalikan Built to Flip adalah Built to Last. Berikut ini kutipan definisi dari Built to Last...
"Built to Last was not about building something that would simply last. It was about building something worthy of lasting—about building a company of such intrinsic excellence that the world would lose something important if that organization ceased to exist."
Semoga bermangpaat... : )
-Sangap_1308004-
Thursday, April 30, 2009
Wednesday, April 22, 2009
As'ary (1308016)
ISU TELEMATIKA
as'ary (1308016)
'
WiMax disambut antusias'
BANDUNG: Suatu survei menyebutkan tingkat kepedulian (awareness) masyarakat terhadap layanan Wimax sudah cukup tinggi, tetapi mereka belum berani berlangganan sebelum membuktikan kualitas aksesnya.
Dimitri Mahayana, Chairperson Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, menyebutkan survei kepada 150 responden di Bandung dan Jakarta pada Januari ini menunjukkan 63% responden mengetahui teknologi WiMax.
Sebanyak 71% di antaranya bahkan menyatakan ketertarikan berlangganan. Akan tetapi, kata dia, awareness dan ketertarikan tersebut tidak berarti absolut atau membuat publik akan sertamerta berlangganan.
"Mayoritas responden, yaitu 74%, akan melihat dulu sejauhmana kualitas WiMax ini. Kalau ternyata bagus, mereka akan berlangganan," katanya kepada Bisnis di Bandung, kemarin.
Responden tersebut saat ini berlangganan Internet dengan operator, seperti Speedy, IM2, Flash Telkomsel, Indosat 3G, XL, Jalawave, Melsa, dan Fren. 50% dari responden mengakses dengan menggunakan komputer personal.
Frekuensi akses mereka yang mencapai setiap hari mencapai 46%, seminggu tiga kali (3%), seminggu dua kali (7%), seminggu sekali (5%), sebulan sekali (1%), dan tidak tentu mencapai 38%.
Skema tarif
Survei yang dilakukan secara acak tersebut digelar guna menyambut keluarnya Peraturan tentang BWA yang telah ditandatangani Menkominfo Mohammad Nuh pada pekan lalu.
Dimitri melanjutkan responden baru akan berlangganan WiMax jika memang kecepatan yang diberikan terbukti lebih cepat dari teknologi sebelumnya, sebab kecepatan akses merupakan daya tarik utama dari Wimax.
"Kalau soal harga perangkat, kemudahan instalasi, dan jangkauan lebih luas, itu isu-isu berikutnya dari WiMax. Yang masyarakat peduli adalah kebenaran akan kecepatan akses teknologi ini," katanya.
Itulah sebabnya, lanjut Dimitri, hanya 18% responden saja yang berani langsung meninggalkan operator lama guna berlangganan WiMax, sementara 8% lainnya akan tetap berlanggan operator lama dan WiMax sekaligus.
Sharing Vision mencatat selain menunggu dulu kualitas layanan, responden juga akan mempertimbangkan tarif berlangganan yang akan ditawarkan operator. Mayoritas menginginkan Rp100.000-Rp200.000 per bulan, meskipun siap membayar Rp200.000-Rp300.000 per bulan.
Adapun skema pembayaran yang diinginkan adalah bebas menggunakan setiap bulan (time based), hanya sebagian kecil yang ingin volume based.
"Bahkan, 91% responden juga meminta agar perangkat pendukung layanan diberikan gratis juga. Jadi, isu utama menjelang gelaran WiMax adalah kecepatan akses sesuai dengan yang diharapkan, tarif dan perangkat harus terjangkau," katanya.
WiMax merupakan salah satu varian teknologi pita lebar nirkabel mengikuti standar IEEE 802.16d atau IEEE 802.16.e.
Tahun ini penerapan teknologi WiMax diperkirakan berkembang di Indonesia mengingat penetrasi akses pita lebar saat ini masih sangat rendah.
Perusahaan riset Maravedis memperkirakan jumlah pengguna WiMax dunia akan mencapai 110 juta sambungan pada akhir 2013. Riset telematika dunia lainnya menyebutkan jumlah pelanggan WiMax yang 24,6 juta orang pada 2009. Kendati masih jauh dibandingkan dengan pelanggan 3G, yang mencapai 285 juta pada 2009, tetapi WiMax tetap menjanjikan.
Hal ini didorong oleh chipset WiMax yang telah mulai terpasang pada notebook pada semester kedua 2008. Adapun pada perangkat komputasi genggam akan tersedia pada 2009, kemudian berlanjut ke perangkat elektronik pada awal 2010
as'ary (1308016)
'
WiMax disambut antusias'
BANDUNG: Suatu survei menyebutkan tingkat kepedulian (awareness) masyarakat terhadap layanan Wimax sudah cukup tinggi, tetapi mereka belum berani berlangganan sebelum membuktikan kualitas aksesnya.
Dimitri Mahayana, Chairperson Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, menyebutkan survei kepada 150 responden di Bandung dan Jakarta pada Januari ini menunjukkan 63% responden mengetahui teknologi WiMax.
Sebanyak 71% di antaranya bahkan menyatakan ketertarikan berlangganan. Akan tetapi, kata dia, awareness dan ketertarikan tersebut tidak berarti absolut atau membuat publik akan sertamerta berlangganan.
"Mayoritas responden, yaitu 74%, akan melihat dulu sejauhmana kualitas WiMax ini. Kalau ternyata bagus, mereka akan berlangganan," katanya kepada Bisnis di Bandung, kemarin.
Responden tersebut saat ini berlangganan Internet dengan operator, seperti Speedy, IM2, Flash Telkomsel, Indosat 3G, XL, Jalawave, Melsa, dan Fren. 50% dari responden mengakses dengan menggunakan komputer personal.
Frekuensi akses mereka yang mencapai setiap hari mencapai 46%, seminggu tiga kali (3%), seminggu dua kali (7%), seminggu sekali (5%), sebulan sekali (1%), dan tidak tentu mencapai 38%.
Skema tarif
Survei yang dilakukan secara acak tersebut digelar guna menyambut keluarnya Peraturan tentang BWA yang telah ditandatangani Menkominfo Mohammad Nuh pada pekan lalu.
Dimitri melanjutkan responden baru akan berlangganan WiMax jika memang kecepatan yang diberikan terbukti lebih cepat dari teknologi sebelumnya, sebab kecepatan akses merupakan daya tarik utama dari Wimax.
"Kalau soal harga perangkat, kemudahan instalasi, dan jangkauan lebih luas, itu isu-isu berikutnya dari WiMax. Yang masyarakat peduli adalah kebenaran akan kecepatan akses teknologi ini," katanya.
Itulah sebabnya, lanjut Dimitri, hanya 18% responden saja yang berani langsung meninggalkan operator lama guna berlangganan WiMax, sementara 8% lainnya akan tetap berlanggan operator lama dan WiMax sekaligus.
Sharing Vision mencatat selain menunggu dulu kualitas layanan, responden juga akan mempertimbangkan tarif berlangganan yang akan ditawarkan operator. Mayoritas menginginkan Rp100.000-Rp200.000 per bulan, meskipun siap membayar Rp200.000-Rp300.000 per bulan.
Adapun skema pembayaran yang diinginkan adalah bebas menggunakan setiap bulan (time based), hanya sebagian kecil yang ingin volume based.
"Bahkan, 91% responden juga meminta agar perangkat pendukung layanan diberikan gratis juga. Jadi, isu utama menjelang gelaran WiMax adalah kecepatan akses sesuai dengan yang diharapkan, tarif dan perangkat harus terjangkau," katanya.
WiMax merupakan salah satu varian teknologi pita lebar nirkabel mengikuti standar IEEE 802.16d atau IEEE 802.16.e.
Tahun ini penerapan teknologi WiMax diperkirakan berkembang di Indonesia mengingat penetrasi akses pita lebar saat ini masih sangat rendah.
Perusahaan riset Maravedis memperkirakan jumlah pengguna WiMax dunia akan mencapai 110 juta sambungan pada akhir 2013. Riset telematika dunia lainnya menyebutkan jumlah pelanggan WiMax yang 24,6 juta orang pada 2009. Kendati masih jauh dibandingkan dengan pelanggan 3G, yang mencapai 285 juta pada 2009, tetapi WiMax tetap menjanjikan.
Hal ini didorong oleh chipset WiMax yang telah mulai terpasang pada notebook pada semester kedua 2008. Adapun pada perangkat komputasi genggam akan tersedia pada 2009, kemudian berlanjut ke perangkat elektronik pada awal 2010
Monday, April 20, 2009
opini industri telematika
Opini Industri Telematika
Andi Asdiar (1308017)
Sistem Komputer
Menurut saya Industri Telematika sangat di butuhkan oleh masyarakat oleh karena itu sangat berkembang dengan pesat dari waktu ke wktu. perkembangan telematika menjadi salah satu elemen atau divisi sebuah industri yg perkembangannya sangat pesat, karena setiap alat atau produksi dari telematika bersingggungan langsung dengan rakyat.Contohnya seperti computer,telpon,tv,radio,dll yang sangat dibutuhkan dalam memunuhi kebutuhan manusia. Masyarakat sekarang lebih memfokuskan diri pada efisiensi waktu, tenaga, dan biaya.
Pembangunan sektor telekomunikasi diyakini akan menarik berkembangnya sektor – sektor lain, sebagaimana diyakini oleh organisasi telekomunikasi dunia, ITU, yang secara konsisten menyatakan bahwa penambahan investasi di sektor telekomunikasi sebesar 1% akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 3%.
Akibat arus globalisasi ekonomi dan kondisi di banyak negara infrastruktur telematikanya telah tersedia dalam jumlah yang cukup banyak, maka oleh lingkungan internasional, teknologi telematika khususnya telekomunikasi telah dianggap sebagai komoditas, dan oleh karenanya dalam aktivitas transaksinya selalu menggunakan perhitungan bisnis yang berorientasi profit.
Dengan adanya kemajuan teknologi yg semakin pesat, Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, pasti akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dunia yang ada.karena industri telematika bisa membawa dampak atau perubahan yang besar pada suatu negara. Masalah infrastruktur telekomunikasi dan informasi akan semakin mudah dipahami apabila kita melihat wilayah Indonesia bagian timur yang dari sisi kondisi geografisnya cukup sulit untuk dijangkau dan mengakibatkan pembangunannya selalu tertinggal dari wilayah Indonesia lainnya. Dengan adanya teknologi telematika aliran informasi dapat diterima oleh penduduk di kawasan Indonesia timur pada saat yang bersamaan dengan penduduk di daerah lainnya, sehingga tidak terjadi masalah kesenjangan informasi yang akan berakibat pada kurang kompetitifnya daerah kawasan Indonesia timur. Demikian juga dalam hal pendidikan, dengan adanya teknologi telematika, hambatan untuk memperoleh pendidikan mulai dari jenjang sekolah dasar hingga tingkat tinggi dapat diminimalisir melalui tele-education. Perdagangan dapat dipercepat transaksinya dan perhitungan bisnis menjadi lebih akurat melalui e-commerce. Selanjutnya diharapkan pertumbuhan pembangunan akan terjadi dengan memberdayakan potensi daerah kawasan Indonesia timur itu sendiri.
Andi Asdiar (1308017)
Sistem Komputer
Menurut saya Industri Telematika sangat di butuhkan oleh masyarakat oleh karena itu sangat berkembang dengan pesat dari waktu ke wktu. perkembangan telematika menjadi salah satu elemen atau divisi sebuah industri yg perkembangannya sangat pesat, karena setiap alat atau produksi dari telematika bersingggungan langsung dengan rakyat.Contohnya seperti computer,telpon,tv,radio,dll yang sangat dibutuhkan dalam memunuhi kebutuhan manusia. Masyarakat sekarang lebih memfokuskan diri pada efisiensi waktu, tenaga, dan biaya.
Pembangunan sektor telekomunikasi diyakini akan menarik berkembangnya sektor – sektor lain, sebagaimana diyakini oleh organisasi telekomunikasi dunia, ITU, yang secara konsisten menyatakan bahwa penambahan investasi di sektor telekomunikasi sebesar 1% akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 3%.
Akibat arus globalisasi ekonomi dan kondisi di banyak negara infrastruktur telematikanya telah tersedia dalam jumlah yang cukup banyak, maka oleh lingkungan internasional, teknologi telematika khususnya telekomunikasi telah dianggap sebagai komoditas, dan oleh karenanya dalam aktivitas transaksinya selalu menggunakan perhitungan bisnis yang berorientasi profit.
Dengan adanya kemajuan teknologi yg semakin pesat, Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, pasti akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan dunia yang ada.karena industri telematika bisa membawa dampak atau perubahan yang besar pada suatu negara. Masalah infrastruktur telekomunikasi dan informasi akan semakin mudah dipahami apabila kita melihat wilayah Indonesia bagian timur yang dari sisi kondisi geografisnya cukup sulit untuk dijangkau dan mengakibatkan pembangunannya selalu tertinggal dari wilayah Indonesia lainnya. Dengan adanya teknologi telematika aliran informasi dapat diterima oleh penduduk di kawasan Indonesia timur pada saat yang bersamaan dengan penduduk di daerah lainnya, sehingga tidak terjadi masalah kesenjangan informasi yang akan berakibat pada kurang kompetitifnya daerah kawasan Indonesia timur. Demikian juga dalam hal pendidikan, dengan adanya teknologi telematika, hambatan untuk memperoleh pendidikan mulai dari jenjang sekolah dasar hingga tingkat tinggi dapat diminimalisir melalui tele-education. Perdagangan dapat dipercepat transaksinya dan perhitungan bisnis menjadi lebih akurat melalui e-commerce. Selanjutnya diharapkan pertumbuhan pembangunan akan terjadi dengan memberdayakan potensi daerah kawasan Indonesia timur itu sendiri.
Wednesday, April 08, 2009
Issue Industri Telematika (Jaringan Komersial 4G/LTE)
Ridwan Sukma Pribadi
1308020
Sistem Komputer
Jaringan Komersial 4G/LTE
Pemimpin operator telekomunikasi di Skandinavia dan negara-negara Baltik telah memilih Huawei unuk menyediakan jaringan komersial 4G/LTE pertama di dunia.
Huawei dan TeliaSonera akan meningkatkan kecepatan mobile broadband secara signifikan melalui peningkatan kualitas dan kapasitas solusi LTE modern Huawei di Oslo, Norwegia.
Dalam keterangan resmi Huawei, Jumat (16/1/2008), Huawei akan menyediakan solusi end-to-end LTE yang ramah lingkungan termasuk LTE base stations, jaringan inti (core network) dan OSS (operating support system) di seluruh Oslo. Huawei juga akan menyediakan berbagai layanan seperti desain jaringan, penyelenggaraan, integrasi sistem dan sistem pendukung.
Kontrak kerjasama ini menandari sebuah langkah penting evolusi TeliaSonera menuju jaringan solusi generasi penerus telekomunikasi. Dengan base Station Generasi keempat dari Huawei, solusi LTE Huawei dapat menyediakan jaringan bergerak All-IP berkecepatan tinggi, rendah latensi dengan efisiensi frekuensi yang tinggi. Teknologi LTE dapat mengirimkan tingkat data bergerak baru yang memungkinkan TeliaSonera memperkenalkan pengalaman mobile broadband tercepat untuk para konsumennya.
“Huawei terus fokus pada upaya memberikan solusi atas tantangan-tantangan yang dihadapi oleh para operator dan memenuhi kebutuhan para konsumen kami,” ujar Presiden Huawei untuk Eropa Chengdong Yu.
Kontrak kerjasama ini menandari sebuah langkah penting evolusi TeliaSonera menuju jaringan solusi generasi penerus telekomunikasi. Dengan base Station Generasi keempat dari Huawei, solusi LTE Huawei dapat menyediakan jaringan bergerak All-IP berkecepatan tinggi, rendah latensi dengan efisiensi frekuensi yang tinggi. Teknologi LTE dapat mengirimkan tingkat data bergerak baru yang memungkinkan TeliaSonera memperkenalkan pengalaman mobile broadband tercepat untuk para konsumennya.
"Huawei terus fokus pada upaya memberikan solusi atas tantangan-tantangan yang dihadapi oleh para operator dan memenuhi kebutuhan para konsumen kami," ujar Presiden Huawei untuk Eropa Chengdong Yu.
Handphone 4G
Berita terbaru dari LG Electronics Inc, yang kini telah bersiap memproduksi handphone LTE (Long Term Evolution). Menurut perusahaan terbesar kelima di dunia yang berpusat di Seoul, Korea Selatan ini, telah berhasil menciptakan chip prototype modem berbasis 3GPP atau teknologi 4G, yang diharapkan mampu menigkatkan kecepatan akses Internet seluler. LG mengaku telah mengembangkan chip modem tersebut selama tiga tahun, dengan kecepatan download hingga 100 Mbps dan upload 50Mbps.
Namun, kecepatan itu jauh lebih tinggi daripada 3G HSDPA. Saat ini, kecepatan download maksimum HSDPA adalah 7,6 Mbps. “Setelah LG berhasil mengembangkan dan menguji modem handset 4G pertama, kehadiran handset LTE menjadi semakin dekat. Terobosan teknologi terbaru LG ini akan kami manfaatkan untuk memperkuat posisi LG di industri ponsel global,” ujar Chief Technology Officer LG Electronics Inc Dr Woo Hyun Paik.
Menurut Hyun Paik, chip modem ini berukuran sangat kecil yaitu 13 x 13mm. LG mengklaim bahwa teknologi LTE ini mudah diimplementasikan di jaringan LTE karena menggunakan teknologi WCDMA. Menurut LG, sebanyak 85% operator seluler WCDMA di dunia akan mampu melakukan upgrade jaringan seluler menjadi LTE dengan biaya yang lebih murah dibandingkan jika harus membangun jaringan baru yang menggunakan teknologi berbeda.
1308020
Sistem Komputer
Jaringan Komersial 4G/LTE
Pemimpin operator telekomunikasi di Skandinavia dan negara-negara Baltik telah memilih Huawei unuk menyediakan jaringan komersial 4G/LTE pertama di dunia.
Huawei dan TeliaSonera akan meningkatkan kecepatan mobile broadband secara signifikan melalui peningkatan kualitas dan kapasitas solusi LTE modern Huawei di Oslo, Norwegia.
Dalam keterangan resmi Huawei, Jumat (16/1/2008), Huawei akan menyediakan solusi end-to-end LTE yang ramah lingkungan termasuk LTE base stations, jaringan inti (core network) dan OSS (operating support system) di seluruh Oslo. Huawei juga akan menyediakan berbagai layanan seperti desain jaringan, penyelenggaraan, integrasi sistem dan sistem pendukung.
Kontrak kerjasama ini menandari sebuah langkah penting evolusi TeliaSonera menuju jaringan solusi generasi penerus telekomunikasi. Dengan base Station Generasi keempat dari Huawei, solusi LTE Huawei dapat menyediakan jaringan bergerak All-IP berkecepatan tinggi, rendah latensi dengan efisiensi frekuensi yang tinggi. Teknologi LTE dapat mengirimkan tingkat data bergerak baru yang memungkinkan TeliaSonera memperkenalkan pengalaman mobile broadband tercepat untuk para konsumennya.
“Huawei terus fokus pada upaya memberikan solusi atas tantangan-tantangan yang dihadapi oleh para operator dan memenuhi kebutuhan para konsumen kami,” ujar Presiden Huawei untuk Eropa Chengdong Yu.
Kontrak kerjasama ini menandari sebuah langkah penting evolusi TeliaSonera menuju jaringan solusi generasi penerus telekomunikasi. Dengan base Station Generasi keempat dari Huawei, solusi LTE Huawei dapat menyediakan jaringan bergerak All-IP berkecepatan tinggi, rendah latensi dengan efisiensi frekuensi yang tinggi. Teknologi LTE dapat mengirimkan tingkat data bergerak baru yang memungkinkan TeliaSonera memperkenalkan pengalaman mobile broadband tercepat untuk para konsumennya.
"Huawei terus fokus pada upaya memberikan solusi atas tantangan-tantangan yang dihadapi oleh para operator dan memenuhi kebutuhan para konsumen kami," ujar Presiden Huawei untuk Eropa Chengdong Yu.
Handphone 4G
Berita terbaru dari LG Electronics Inc, yang kini telah bersiap memproduksi handphone LTE (Long Term Evolution). Menurut perusahaan terbesar kelima di dunia yang berpusat di Seoul, Korea Selatan ini, telah berhasil menciptakan chip prototype modem berbasis 3GPP atau teknologi 4G, yang diharapkan mampu menigkatkan kecepatan akses Internet seluler. LG mengaku telah mengembangkan chip modem tersebut selama tiga tahun, dengan kecepatan download hingga 100 Mbps dan upload 50Mbps.
Namun, kecepatan itu jauh lebih tinggi daripada 3G HSDPA. Saat ini, kecepatan download maksimum HSDPA adalah 7,6 Mbps. “Setelah LG berhasil mengembangkan dan menguji modem handset 4G pertama, kehadiran handset LTE menjadi semakin dekat. Terobosan teknologi terbaru LG ini akan kami manfaatkan untuk memperkuat posisi LG di industri ponsel global,” ujar Chief Technology Officer LG Electronics Inc Dr Woo Hyun Paik.
Menurut Hyun Paik, chip modem ini berukuran sangat kecil yaitu 13 x 13mm. LG mengklaim bahwa teknologi LTE ini mudah diimplementasikan di jaringan LTE karena menggunakan teknologi WCDMA. Menurut LG, sebanyak 85% operator seluler WCDMA di dunia akan mampu melakukan upgrade jaringan seluler menjadi LTE dengan biaya yang lebih murah dibandingkan jika harus membangun jaringan baru yang menggunakan teknologi berbeda.
Tuesday, April 07, 2009
Issue Industri Telematika
Nicky Cruz
1308013
Internet Murah untuk Indonesia
Biaya Layanan Jasa Internet di Indonesia selama ini dikenal mahal dibandingkan dengan biaya layanan Internet di negara-negara tetangga Asean, India, Cina, maupun di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Korea dan Jepang.
Tetapi dewasa ini benarkah sinyalemen masyarakat pada umumnya bahwa biaya Layanan Jasa Internet di Indonesia masih seperti kenyataan beberapa tahun yang lalu, yang dianggap mahal atau sangat mahal?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut diatas, maka MASTEL bekerjasama dengan INDOSAT/IM2 menyelenggarakan Roundtable Discussion tentang “Internet Murah untuk Indonesia” pada hari Jumat siang, pukul 14:00-17:00 WIB di Gedung INDOSAT, jl. Merdeka Barat 21, Jakarta, dengan para Narasumber sbb:
1. Ibu Sylvia Sumarlin - Ketua Umum APJII
2. Bapak D. Herry Swandito - Sales& Marketing Director PT INDOSATM2
3. Bapak M. Marpaung, Senior Manager Voice & Internet, Divisi
Multimedia PT TELKOM
4. Bapak Sumitro Roestam, Ketua MASTEL
dan Moderator: Bapak Damsyiruddin Siregar - Ketua MASTEL.
Peserta yang hadir tidaklah sebanyak para vokalis Milis MASTEL dan Telematika, namun cukup merepresentasikan para operator, ISP, NAP, pengguna dan pemerhati Internet, seperti : Bapak Gisi Suseno Hadihardjono - Ketua Umum MASTEL, Bapak Arnold Djiwatampu- Konsultan Telematika, Bapak Sukarno Abdulrahman - Senior MASTEL, Ibu Retno - Sekjen MASTEL, Bapak Setyanto P. Santosa, Sesepuh TELKOM, Bapak Marcellus Ardiwinata -Deputy Director First Media, Bapak Naswil Idris - pemerhati telematika, serta para executives dari operator telekomunikasi, ISP dan NAP Indonesia turut hadir meramaikan diskusi
tersebut.
Para Narasumber ternyata menyampaikan optimisme tentang layanan Internet di Indonesia, dimana jumlah pelanggan Internet saat ini sudah mencapai 2,7 juta orang, sedangkan yang mengakses Internet, baik itu sebagai pelanggan maupun yang memanfaatakan sarana umum (warnet) ataupun saran kantor, rumah, HP, PDA, dan lain-lainnya adalah sebanyak 27 juta orang, atau sekitar 12% penduduk Indonesia.
Tentang tarif layanan jasa Internet di Indonesia ternyata juga sudah sama atau sedikit lebih mahal dari tarif layanan Internet yang termurah di dunia, dimana ringkasannya didasarkan atas jenis mode akses Internet adalah sbb:
1. Dialup PSTN Telkomnet Speedy, tarifnya Rp 57/menit
2. Dialup CDMA 2000 1x EVDO StarOne dan Fren, tarifnya Rp 47/menit
3. ADSL Telkomsspeedy, tarifnya Rp 350/Mbyte
4. Semi-Broadband GPRS 115 kpbs max, tarif awalnya sekitar Rp 10/kbyte
5. Broadband EDGE s/d HSDPA 7,2 Mbps tarif Pasca Bayar Rp 350/Mbyte dan IM2 Prabayar Rp 600/Mbyte
6. Akses via RT/RW-net, tarif Flat-Rate Rp 50.000-Rp 200.000/bulan
7. Akses via Power LineCommunications (PLC), harga pokok Rp 80.000 /bulan/pelanggan dan harga jual= Rp 120.000/bulan/pelanggan Flat-Rate
8. Akses via HotSpot WiFi ada yg berbayar (sekitar Rp 5.000-10.000 /jam) dan gratis (TELKOM, 6.000 lokasi)
9. Akses via HP, PDA dan Infra Red atau Bluetooth, tarifnya sesuai layanan Operator Mobile GSM, 3G dan CDMA
10.Akses via Warnet dan Cybercafe, tarifnya Rp 3.000-10.000/jam
Kesimpulannya adalah sbb:
1. Tarif Internet di Indonesia dinilai cukup wajar dibandingkan dengan tarif di USA, Australia, Malaysia dan Singapore, namun sedikit diatas tarif di India.
2. Untuk mengurangi traffic ke LN, dan dengan demikian untuk menurunkan tarif layanan Internet, maka agar diperbanyak konten DN dan peering antar ISP di Indonesia.
3. Subsidi biaya dari PT TELKOM kepada HotSpot/WiFi gratis di 6.000 lokasi bisa dihilangkan atau dijadikan profitable bila ada kerjasama untuk memanfaatkan lokasi2 ini bagi promosi produk atau pemasaran, ataupun ada layanan Online Game yg berbayar. Hasilnya dapat dipakai untuk menurunkan tarif Telkomnet Instant dan Telkomspeedy lebih rendah lagi.
4. Agar ada kerjasama antara Operator besar dan NAP/ISP kecil yang Win-Win serta untuk menyehatkan Industri Internet di Indonesia dengan tarif yang wajar.
5. Perlu kehati-hatian dalam rencana penerapan Unified Licensing, agar tidak mematikan ISP/NAP kecil, Warnet dan UKM.
1308013
Internet Murah untuk Indonesia
Biaya Layanan Jasa Internet di Indonesia selama ini dikenal mahal dibandingkan dengan biaya layanan Internet di negara-negara tetangga Asean, India, Cina, maupun di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Korea dan Jepang.
Tetapi dewasa ini benarkah sinyalemen masyarakat pada umumnya bahwa biaya Layanan Jasa Internet di Indonesia masih seperti kenyataan beberapa tahun yang lalu, yang dianggap mahal atau sangat mahal?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut diatas, maka MASTEL bekerjasama dengan INDOSAT/IM2 menyelenggarakan Roundtable Discussion tentang “Internet Murah untuk Indonesia” pada hari Jumat siang, pukul 14:00-17:00 WIB di Gedung INDOSAT, jl. Merdeka Barat 21, Jakarta, dengan para Narasumber sbb:
1. Ibu Sylvia Sumarlin - Ketua Umum APJII
2. Bapak D. Herry Swandito - Sales& Marketing Director PT INDOSATM2
3. Bapak M. Marpaung, Senior Manager Voice & Internet, Divisi
Multimedia PT TELKOM
4. Bapak Sumitro Roestam, Ketua MASTEL
dan Moderator: Bapak Damsyiruddin Siregar - Ketua MASTEL.
Peserta yang hadir tidaklah sebanyak para vokalis Milis MASTEL dan Telematika, namun cukup merepresentasikan para operator, ISP, NAP, pengguna dan pemerhati Internet, seperti : Bapak Gisi Suseno Hadihardjono - Ketua Umum MASTEL, Bapak Arnold Djiwatampu- Konsultan Telematika, Bapak Sukarno Abdulrahman - Senior MASTEL, Ibu Retno - Sekjen MASTEL, Bapak Setyanto P. Santosa, Sesepuh TELKOM, Bapak Marcellus Ardiwinata -Deputy Director First Media, Bapak Naswil Idris - pemerhati telematika, serta para executives dari operator telekomunikasi, ISP dan NAP Indonesia turut hadir meramaikan diskusi
tersebut.
Para Narasumber ternyata menyampaikan optimisme tentang layanan Internet di Indonesia, dimana jumlah pelanggan Internet saat ini sudah mencapai 2,7 juta orang, sedangkan yang mengakses Internet, baik itu sebagai pelanggan maupun yang memanfaatakan sarana umum (warnet) ataupun saran kantor, rumah, HP, PDA, dan lain-lainnya adalah sebanyak 27 juta orang, atau sekitar 12% penduduk Indonesia.
Tentang tarif layanan jasa Internet di Indonesia ternyata juga sudah sama atau sedikit lebih mahal dari tarif layanan Internet yang termurah di dunia, dimana ringkasannya didasarkan atas jenis mode akses Internet adalah sbb:
1. Dialup PSTN Telkomnet Speedy, tarifnya Rp 57/menit
2. Dialup CDMA 2000 1x EVDO StarOne dan Fren, tarifnya Rp 47/menit
3. ADSL Telkomsspeedy, tarifnya Rp 350/Mbyte
4. Semi-Broadband GPRS 115 kpbs max, tarif awalnya sekitar Rp 10/kbyte
5. Broadband EDGE s/d HSDPA 7,2 Mbps tarif Pasca Bayar Rp 350/Mbyte dan IM2 Prabayar Rp 600/Mbyte
6. Akses via RT/RW-net, tarif Flat-Rate Rp 50.000-Rp 200.000/bulan
7. Akses via Power LineCommunications (PLC), harga pokok Rp 80.000 /bulan/pelanggan dan harga jual= Rp 120.000/bulan/pelanggan Flat-Rate
8. Akses via HotSpot WiFi ada yg berbayar (sekitar Rp 5.000-10.000 /jam) dan gratis (TELKOM, 6.000 lokasi)
9. Akses via HP, PDA dan Infra Red atau Bluetooth, tarifnya sesuai layanan Operator Mobile GSM, 3G dan CDMA
10.Akses via Warnet dan Cybercafe, tarifnya Rp 3.000-10.000/jam
Kesimpulannya adalah sbb:
1. Tarif Internet di Indonesia dinilai cukup wajar dibandingkan dengan tarif di USA, Australia, Malaysia dan Singapore, namun sedikit diatas tarif di India.
2. Untuk mengurangi traffic ke LN, dan dengan demikian untuk menurunkan tarif layanan Internet, maka agar diperbanyak konten DN dan peering antar ISP di Indonesia.
3. Subsidi biaya dari PT TELKOM kepada HotSpot/WiFi gratis di 6.000 lokasi bisa dihilangkan atau dijadikan profitable bila ada kerjasama untuk memanfaatkan lokasi2 ini bagi promosi produk atau pemasaran, ataupun ada layanan Online Game yg berbayar. Hasilnya dapat dipakai untuk menurunkan tarif Telkomnet Instant dan Telkomspeedy lebih rendah lagi.
4. Agar ada kerjasama antara Operator besar dan NAP/ISP kecil yang Win-Win serta untuk menyehatkan Industri Internet di Indonesia dengan tarif yang wajar.
5. Perlu kehati-hatian dalam rencana penerapan Unified Licensing, agar tidak mematikan ISP/NAP kecil, Warnet dan UKM.
Opini Industri Telematika
Nicky Cruz
1308013
Indonesia sebagai negara berpopulasi 5 besar dunia merupakan pasar yang penuh peluang bagi hampir setiap produk tak terkecuali produk Industri teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu potensi sumber daya manusia juga memang sangat mengijinkan ditandai banyaknya lembaga pendidikan informasi dan teknologi. Departemen yang sangat terlibat tentunya adalah Departemen Komunikasi dan Informasi serta Departemen Perindustrian.
Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) dan PT ECMI Services sebagai event manager patut mendapat penghargaan atas terselenggaranya pameran dan konferensi Information and Communication Technology (ICT) 2007 di Jakarta Convention Center. ICT 2007 diarahkan oleh steering committee yang dipimpin Bapak Sofyan Djalil. Perusahaan-perusahaan besar yang juga menjalankan peran dalam steering committee ICT 2007 adalah Siemens, IBM, Bakrie, Exelcomindo, Hewlett-Packard, Ericsson, Cisco, Indosat, Telkom, Nokia, Microsoft, Alcatel-Lucent dan Qualcomm. Pameran ICT 2007 yang berlangsung dari tgl 3-5 Mei 2007 inilah yang menjadi kickoff dimulainya upaya membawa Indonesia ke status e-nation yaitu Indonesia yang terhubung secara informasi dan komunikasi pada kota besar juga pedesaan.
Arena bisnis yang baik dalam industri teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia merupakan kondisi yang ada dalam misi MASTEL. Dr. Giri Suseno Hadihardjono sebagai ketua MASTEL menekankan kebutuhan akan adanya forum ICT 2007 dimana para stakeholder di industri ini dapat menyelaraskan visi dan fokus dalam usaha untuk membangun industri ICT yang kuat, inovatif, dan mampu bersaing di dunia internasional dalam menghadapi era konvergensi digital. Bapak Indra Putra sebagai Presdir PT ECMI Services juga menambahkan bahwa pada intinya ICT 2007 merupakan wadah berbagi keahlian dan pengalaman, menampilkan teknologi dan solusi inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan sekarang dan masa depan.
Perwakilan negara yang terlihat cukup menonjol adalah perusahaan dari Indonesia dan Singapura. Salah satu peserta yaitu Lawrence Lim dari Senao Singapura terlihat sangat antusias dalam menjelaskan produk mereka untuk kalangan korporat yaitu wireless solution yang semakin diminati saat ini karena efisiensi yang ditawarkan. Begitu juga dengan Hans-Juergen Mitzscher dari Nokia Siemens Networks yang nerupakan pendatang baru dengan kapabilitas tak terbantahkan. Perusahaan-perusahaan kelas dunia yang hadir berada dalam sektor industri telematika meliputi bidang IT sampai teknologi broadcasting dan multimedia.
Selain pameran diadakan juga konferensi telematika dalam upaya perumusan arah dan peta masa depan industri ICT di Indonesia. Semoga visi menjadi kenyataan dan rintangan dihilangkan oleh solusi.
1308013
Indonesia sebagai negara berpopulasi 5 besar dunia merupakan pasar yang penuh peluang bagi hampir setiap produk tak terkecuali produk Industri teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu potensi sumber daya manusia juga memang sangat mengijinkan ditandai banyaknya lembaga pendidikan informasi dan teknologi. Departemen yang sangat terlibat tentunya adalah Departemen Komunikasi dan Informasi serta Departemen Perindustrian.
Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) dan PT ECMI Services sebagai event manager patut mendapat penghargaan atas terselenggaranya pameran dan konferensi Information and Communication Technology (ICT) 2007 di Jakarta Convention Center. ICT 2007 diarahkan oleh steering committee yang dipimpin Bapak Sofyan Djalil. Perusahaan-perusahaan besar yang juga menjalankan peran dalam steering committee ICT 2007 adalah Siemens, IBM, Bakrie, Exelcomindo, Hewlett-Packard, Ericsson, Cisco, Indosat, Telkom, Nokia, Microsoft, Alcatel-Lucent dan Qualcomm. Pameran ICT 2007 yang berlangsung dari tgl 3-5 Mei 2007 inilah yang menjadi kickoff dimulainya upaya membawa Indonesia ke status e-nation yaitu Indonesia yang terhubung secara informasi dan komunikasi pada kota besar juga pedesaan.
Arena bisnis yang baik dalam industri teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia merupakan kondisi yang ada dalam misi MASTEL. Dr. Giri Suseno Hadihardjono sebagai ketua MASTEL menekankan kebutuhan akan adanya forum ICT 2007 dimana para stakeholder di industri ini dapat menyelaraskan visi dan fokus dalam usaha untuk membangun industri ICT yang kuat, inovatif, dan mampu bersaing di dunia internasional dalam menghadapi era konvergensi digital. Bapak Indra Putra sebagai Presdir PT ECMI Services juga menambahkan bahwa pada intinya ICT 2007 merupakan wadah berbagi keahlian dan pengalaman, menampilkan teknologi dan solusi inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan sekarang dan masa depan.
Perwakilan negara yang terlihat cukup menonjol adalah perusahaan dari Indonesia dan Singapura. Salah satu peserta yaitu Lawrence Lim dari Senao Singapura terlihat sangat antusias dalam menjelaskan produk mereka untuk kalangan korporat yaitu wireless solution yang semakin diminati saat ini karena efisiensi yang ditawarkan. Begitu juga dengan Hans-Juergen Mitzscher dari Nokia Siemens Networks yang nerupakan pendatang baru dengan kapabilitas tak terbantahkan. Perusahaan-perusahaan kelas dunia yang hadir berada dalam sektor industri telematika meliputi bidang IT sampai teknologi broadcasting dan multimedia.
Selain pameran diadakan juga konferensi telematika dalam upaya perumusan arah dan peta masa depan industri ICT di Indonesia. Semoga visi menjadi kenyataan dan rintangan dihilangkan oleh solusi.
Sunday, April 05, 2009
FASILITAS INTERNET UNTUK SEMUA KALANGAN
Samuel 1408002
FASILITAS INTERNET UNTUK SEMUA KALANGAN
Indonesia sebagai bagian dari global, memerlukan komunikasi jarak jauh dengan negara lainnya. Internet menjadi fasilitas komunikasi yang paling berperan besar dalam membangun konektivitas jarak jauh, setiap negara di dunia terhubung dalam satu jaringan ini.
Sangat disayangkan koneksi internet di Indonesia masih kurang dapat dijangkau oleh masyarakat yang tidak berekonomi tinggi. Warnet (Warung Internet) memang sudah cukup banyak, namun saja biaya yang harus dikeluarkan biasanya tidak sebanding dengan kualitas koneksi yang didapatkan. Bagaimanapun juga, untuk bisa menggunakan internet yang optimal untuk memudahkan banyak pekerjaan personal, diperlukan koneksi personal juga. Di Indonesia masih sangatlah mahal untuk bisa mendapatkan fasilitas internet personal.
Kalangan mahasiswa adalah salah satu kalangan yang paling banyak menggunakan fasilitas internet ini. Dalam mengerjakan tugas yang memerlukan koneksi internet, kenyamanan dan konsentrasi sangat diperlukan, yang hal itu tidak bisa didapatkan jika dilakukan di warnet. Untuk bisa mendapatkan koneksi internet personal yang biayanya besar tentu sangat menghalangi mahasiswa.
Diperlukan solusi dari pemerintah untuk bisa menekan biaya koneksi internet, agar perkembangan masyarakat akan menjadi lebih cepat dan mudah. Perkembangan masyarakat tercermin dari perkembangan pelajar, maka diharapkan adanya solusi yang dapat membantu pelajar.
Koneksi internet menggunakan modem konvensional yang terhubung dengan operator telekomunikasi utama milik pemerintah tentu tidak bisa menjadi andalan utama untuk masyarakat luas, maka alangkahbaiknya jika pemerintah mau menekan harga yang dimiliki penyedia layanan swasta. Koneksi melalui modem yang tertanam di handphone dapat lebih memudahkan untuk mendapatkan koneksi yang lebih tinggi tingkat praktis dan mobilitasnya. Operator GSM ataupun CDMA, tentunya sudah menyediakan layanan koneksi internet melalui GPRS. Saat ini biaya pemakaiannya pun masih cukup mahal.
Tindakan beberapa operator GSM dan CDMA, baru baru ini, yang menekan biaya pemakaian GPRS patutlah ditiru oleh penyedia layanan yang lain. Salah satu operator GSM di Indonesia menyediakan fasilitas koneksi internet melalui GPRS, yang biayanya sudah terjangkau oleh semua kalangan. Operator tersebut memasang tarif time based Rp.5000,-/4jam dan usage based Rp.1,-/1kb, tentunya itu sudah cukup menyaingi biaya yang harus dikeluarkan untuk berkoneksi di warnet, yang biasanya Rp.3000,-/1jam. Kualitas koneksi yang tidaka jauh berbeda antara keduanya, karena koneksi GPRS masih kurang cukup cepat, yang masih berbanding seimbang dengan warnet yang kebanyakan masih berkualitas pas-pas’an dalam koneksinya.
Koneksi iinternet melalui GPRS dapat diakses di semua tempat karena menggunakan jaringan GSM yang tersebar di seluruh penjuru, yang artinya pasti bisa diajdikan andalan untuk koneksi personal di tempat pribadi.
Ini patut menjadi contoh untuk operator lainnya yang masih memberikan tarif yang cukup tinggi untuk fasilitas tersebut.
Menurut pandangan saya, koneksi internet via GPRS yang sudah disediakan oleh penyedia layanan, memakai perangakat modem yang tertanam di hampir semua handphone, dapat menjadi solusi terbaik dalam mendapatkan koneksi internet personal yang mudah, murah, dan praktis. Cukup hanya dengan meningkatkan kualitas koneksi GPRS dan menekan harga, diikuti sosialiasi dalam penggunaannya, maka koneksi internet personal yang dapat diandalkan, bisa dimiliki oleh semua masyarakat.
FASILITAS INTERNET UNTUK SEMUA KALANGAN
Indonesia sebagai bagian dari global, memerlukan komunikasi jarak jauh dengan negara lainnya. Internet menjadi fasilitas komunikasi yang paling berperan besar dalam membangun konektivitas jarak jauh, setiap negara di dunia terhubung dalam satu jaringan ini.
Sangat disayangkan koneksi internet di Indonesia masih kurang dapat dijangkau oleh masyarakat yang tidak berekonomi tinggi. Warnet (Warung Internet) memang sudah cukup banyak, namun saja biaya yang harus dikeluarkan biasanya tidak sebanding dengan kualitas koneksi yang didapatkan. Bagaimanapun juga, untuk bisa menggunakan internet yang optimal untuk memudahkan banyak pekerjaan personal, diperlukan koneksi personal juga. Di Indonesia masih sangatlah mahal untuk bisa mendapatkan fasilitas internet personal.
Kalangan mahasiswa adalah salah satu kalangan yang paling banyak menggunakan fasilitas internet ini. Dalam mengerjakan tugas yang memerlukan koneksi internet, kenyamanan dan konsentrasi sangat diperlukan, yang hal itu tidak bisa didapatkan jika dilakukan di warnet. Untuk bisa mendapatkan koneksi internet personal yang biayanya besar tentu sangat menghalangi mahasiswa.
Diperlukan solusi dari pemerintah untuk bisa menekan biaya koneksi internet, agar perkembangan masyarakat akan menjadi lebih cepat dan mudah. Perkembangan masyarakat tercermin dari perkembangan pelajar, maka diharapkan adanya solusi yang dapat membantu pelajar.
Koneksi internet menggunakan modem konvensional yang terhubung dengan operator telekomunikasi utama milik pemerintah tentu tidak bisa menjadi andalan utama untuk masyarakat luas, maka alangkahbaiknya jika pemerintah mau menekan harga yang dimiliki penyedia layanan swasta. Koneksi melalui modem yang tertanam di handphone dapat lebih memudahkan untuk mendapatkan koneksi yang lebih tinggi tingkat praktis dan mobilitasnya. Operator GSM ataupun CDMA, tentunya sudah menyediakan layanan koneksi internet melalui GPRS. Saat ini biaya pemakaiannya pun masih cukup mahal.
Tindakan beberapa operator GSM dan CDMA, baru baru ini, yang menekan biaya pemakaian GPRS patutlah ditiru oleh penyedia layanan yang lain. Salah satu operator GSM di Indonesia menyediakan fasilitas koneksi internet melalui GPRS, yang biayanya sudah terjangkau oleh semua kalangan. Operator tersebut memasang tarif time based Rp.5000,-/4jam dan usage based Rp.1,-/1kb, tentunya itu sudah cukup menyaingi biaya yang harus dikeluarkan untuk berkoneksi di warnet, yang biasanya Rp.3000,-/1jam. Kualitas koneksi yang tidaka jauh berbeda antara keduanya, karena koneksi GPRS masih kurang cukup cepat, yang masih berbanding seimbang dengan warnet yang kebanyakan masih berkualitas pas-pas’an dalam koneksinya.
Koneksi iinternet melalui GPRS dapat diakses di semua tempat karena menggunakan jaringan GSM yang tersebar di seluruh penjuru, yang artinya pasti bisa diajdikan andalan untuk koneksi personal di tempat pribadi.
Ini patut menjadi contoh untuk operator lainnya yang masih memberikan tarif yang cukup tinggi untuk fasilitas tersebut.
Menurut pandangan saya, koneksi internet via GPRS yang sudah disediakan oleh penyedia layanan, memakai perangakat modem yang tertanam di hampir semua handphone, dapat menjadi solusi terbaik dalam mendapatkan koneksi internet personal yang mudah, murah, dan praktis. Cukup hanya dengan meningkatkan kualitas koneksi GPRS dan menekan harga, diikuti sosialiasi dalam penggunaannya, maka koneksi internet personal yang dapat diandalkan, bisa dimiliki oleh semua masyarakat.
Subscribe to:
Posts (Atom)